Jantung Berdebar-debar, Grogi atau Memang Hipertensi?
Jakarta, Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat membuat kerja jantung lebih keras, sehingga dapat menyebabkan gangguan pada irama jantung atau secara awam disebut jantung berdebar. Kondisi yang sama juga dapat terjadi pada orang yang mengalami kecemasan, takut atau grogi. Lalu apa bedanya jantung yang berdebar akibat grogi dan hipertensi?
Irama atau detak jantung tidak normal dalam istilah kedokteran disebut dengan aritmia jantung. Kondisi ini lebih banyak disebabkan karena tekanan darah tinggi atau hipertensi, bisa juga karena penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah atau gagal jantung.
Namun pada beberapa orang tertentu, gangguan irama jantung juga bisa dipicu karena kondisi lain, seperti rasa takut, kecemasan, grogi atau bahkan efek samping dari kafein.
"Aritmia itu gangguan irama jantung yang disebabkan tekanan darah. Yang benar itu kena hipertensi dulu baru gangguannya ke jantung, bukan gejala hipertensi. Hipertensi tidak pernah ada gejalanya. Kalau karena grogi, kaget, atau kopi itu (debaran jantungnya) tidak bisa dibedakan," jelas Prof Dr. Rully M.A. Roesli, Sp.PD-KGH, mantan Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia, saat dihubungi detikHealth, ditulis pada Rabu (20/3/2013).
Hal yang sama juga disampaikan oleh Dr Muhammad Yamin, Sp.Jp (K), FACC, FSCAI, ahli kardiovaskular dari Eka Hospital. Menurutnya, aritmia bisa timbul karena tekanan darah tinggi.
Rasa takut, cemas, grogi atau kafein memang dapat meningkatkan denyut jantung, tapi bukan berarti dapat menyebabkan gangguan pada irama jantung. Walau demikian, orang dengan kondisi jantung sangat sensitif, juga bisa mengalami gangguan irama jantung yang dipicu dari peningkatan denyut jantung.
"Kalau kopi, kopi kan mengandung kafein maka kafein tersebut akan meningkatkan denyut jantung tetapi bisa menimbulkan gangguan irama pada orang tertentu. Khususnya orang-orang yang sensitif atau tidak normal. Ini bisa dilihat di EKG (elektrokardiogram) alat rekam jantung, kalau diraba juga bisa irama nya tidak teratur," tutur Dr Yamin.
(mer/vit)